ULKUS PEPTIKUM ATAU TUKAK LAMBUNG

Ketika saya bekerja di pelayanan obat (Apotek), banyak menemukan orang-orang yang memiliki keluhan lambung, seperti maag, melilit, nyeri ulu hati.

Dikutip dari inilah.com, menurut WHO pada tahun 2012, angka kejadian gastritis atau maag mencapai 40,8 persen. Lebih jauh, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan Dr. Ari Fahrial Syam mengatakan angka kejaidan sakit maag pada masyarakat, khususnya penduduk Jakarta memang cukup tinggi, yaitu mencapai 58,1%. Penelitian ini dilakukan pada 1.645 responden penduduk Jakarta yang berasal dari 5 Wilayah kota Jakarta.



Sebegitu besarnya prosentase kasus maag, maka kita harus mempelajari nya, agar lebih tau upaya pencegahan dan penyembuhannya. Berikut ulasannya.

Tukak lambung (ulkus peptikum, peptic ulcer) adalah luka yang muncul pada dinding lambung akibat terkikisnya lapisan dinding lambung. Luka ini juga berpotensi muncul pada dinding bagian pertama usus kecil (duodenum) serta kerongkongan (esofagus). Tukak lambung dapat menyebabkan rasa nyeri pada lambung atau bahkan perdarahan dalam kasus yang parah.

Penyakit ini dapat menyerang semua orang pada segala umur. Meski begitu, pria usia di atas 60 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalaminya. Tukak lambung sendiri dapat diobati hingga tuntas jika penyebab utama dapat diketahui.

Gejala-gejala Tukak Lambung

Gejala utama yang akan Anda rasakan jika mengalami tukak lambung adalah nyeri atau perih pada perut. Rasa sakit tersebut muncul karena terjadinya iritasi akibat asam lambung yang membasahi luka. Gejala ini biasanya berupa rasa nyeri yang:

  1. Menyebar ke leher, pusar, hingga punggung.
  2. Muncul pada malam hari.
  3. Terasa makin parah saat perut kosong.
  4. Umumnya berkurang untuk sementara jika Anda makan atau mengonsumsi obat penurun asam lambung.
  5. Hilang lalu kambuh beberapa hari atau minggu kemudian.
  6. Di samping nyeri pada lambung, ada beberapa gejala lain yang mungkin Anda alami, di antaranya adalah nyeri ulu hati, tidak nafsu makan, mual, serta gangguan pencernaan.

Jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut, periksakan diri Anda ke dokter. Meski demikian, tukak lambung terkadang tidak menyebabkan gejala apa pun sampai akhirnya terjadi komplikasi.

Oleh sebab itu, Anda sebaiknya waspada dan segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat, terutama jika mengalami muntah darah, tinja dengan darah atau berwarna hitam, serta sakit perut menusuk yang muncul tiba-tiba dan terus bertambah parah. Gejala-gejala tersebut mengindikasikan terjadinya pendarahan pada lambung.

Penyebab Tukak Lambung

Dinding lambung biasanya dilapisi selaput (mukus) yang melindunginya dari asam lambung. Peningkatan kadar asam lambung atau penipisan selaput pelindung lambung berpotensi memicu munculnya tukak lambung.

Penyebab umum yang dapat menurunkan perlindungan dinding lambung terhadap asam lambung meliputi infeksi bakteri Helicobacter pylori dan penggunaan obat anti inflamasi non-steroid. Ibuprofen, aspirin, atau diclofenac adalah beberapa contoh obat anti inflamasi non-steroid yang sering digunakan.  Selain itu, penyakit tumor pankreas (gastrinoma) dan pengobatan radiasi pada area lambung juga dapat menyebabkan timbulnya tukak lambung.

Infeksi akibat bakteri H. pylori termasuk kondisi yang umum dan sering kali tidak disadari penderitanya. Sementara konsumsi obat anti inflamasi non-steroid yang sering atau berkepanjangan akan meningkatkan risiko tukak lambung, terutama bagi lansia.

Di samping bakteri dan obat, faktor gaya hidup juga meningkatkan risiko menderita tukak lambung, seperti :

  1. Mengonsumsi minuman beralkohol yang dapat menipiskan selaput pelindung dinding lambung.
  2. Mengalami stres yang tidak segera diatasi.
  3. Merokok yang meningkatkan risiko mengalami tukak lambung bagi orang yang terinfeksi bakteri pylori.
  4. Banyak yang menganggap makanan pedas atau kondisi stres sebagai penyebab tukak lambung. Anggapan ini tidak benar. Makanan dan stres tidak menyebabkan tukak lambung, tapi dapat memperparah gejalanya.

Diagnosis Tukak Lambung

Pada tahap awal diagnosis, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang dialami. Jika diduga mengidap tukak lambung, Anda akan dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan yang lebih mendetail. Pemeriksaan lanjutan tersebut meliputi gastrokopi (endoskopi), pemeriksaan radiologi (foto Rontgen atau CT scan), dan pemeriksaan untuk memastikan keberadaan bakteri H. pylori.

Jika dokter menduga tukak lambung muncul akibat bakteri dan pasien tidak pernah mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, pemeriksaan bakteri kemungkinan akan dilakukan melalui pemeriksaan darah, pemeriksaan tinja, atau uji pernapasan.

Gastroskopi (endoskopi) juga dilakukan dengan memasukkan kamera ke dalam lambung. Proses ini akan membantu dokter memeriksa dan memastikan keberadaaan luka pada dinding lambung secara langsung. Selain dengan gastroskopi, pemeriksaan lanjutan dengan foto Rontgen atau CT scan yang memberi citra esofagus (kerongkongan), lambung, dan usus halus dapat melengkapi diagnosis. Terkadang hal ini dilakukan dengan meminta pasien menelan cairan yang mengandung barium agar gambar yang dihasilkan terlihat lebih jelas.

Jika ditemukan tukak lambung, pengambilan sampel jaringan lambung juga dilakukan dalam endoskopi. Sampel tersebut kemudian akan diuji guna mendeteksi keberadaan bakteri H. pylori.

Pengobatan Tukak Lambung

Langkah pengobatan untuk tiap pasien tentu tidak sama. Dokter menentukannya berdasarkan pada penyebab tukak lambung yang dialami pasien. Tujuan utama pengobatan tukak lambung adalah memusnahkan bakteri H. pylori dan mengurangi konsumsi obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs). Penanganan tukak lambung juga dibantu dengan pemberian obat-obatan.

Beberapa jenis obat yang umumnya akan digunakan untuk menangani tukak lambung meliputi:

Antibiotik. Tukak lambung yang disebabkan oleh bakteri H. pylori akan ditangani dengan kombinasi dari beberapa antibiotik. Amoxicillin,, metronidazole dan clarithromycin adalah contoh antibiotik yang biasanya diresepkan oleh dokter. Pasien akan diperiksa kembali untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori empat minggu setelah pengobatan dengan kombinasi antibiotik ini selesai. Jika bakteri tersebut masih tersisa, maka dokter akan memberi antibiotik yang berbeda untuk menuntaskan pengobatan.

Penghambat pompa proton. Jika Anda mengidap tukak lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non-steroid, dokter akan menyarankan penggunaan penghambat pompa proton. Obat ini akan mengurangi kadar asam lambung dengan menghalangi kinerja sel-sel yang memproduksi asam lambung. Lansoprazole omeprazole, dan pantoprazole adalah jenis penghambat pompa proton yang sering digunakan. Pemakaian obat-obatan ini bisa memberi efek samping yang biasanya ringan, seperti pusing, diare, atau sembelit, dan nyeri perut. Kendati demikian, efek samping ini akan hilang begitu pengobatan dihentikan. Obat ini biasanya diberikan selama empat hingga delapan minggu.

Klik Gambar Untuk Order Merch Kami


Obat penghambat reseptor H2. Fungsi obat ini sama dengan penghambat pompa proton, yaitu menurunkan kadar asam lambung.  Obat ini dapat mengatasi tukak lambung dan mempercepat kesembuhan. Obat yang biasa diberikan adalah ranitidin.

Antasida dan alginat. Antasida akan menetralisasi asam lambung untuk waktu singkat, sedangkan alginat akan melindungi dinding lambung. Karena itu, kedua obat ini diberikan untuk mengurangi rasa nyeri secara cepat sebelum obat-obatan lainnya mulai bekerja. Kendati demikian, umumnya antasida tidak digunakan untuk mengatasi tukak lambung. Untuk penggunaannya, antasida sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Tetapi jika Anda menggunakan penghambat pompa proton atau ranitidine, sebaiknya menunggu 1-2 jam sebelum mengonsumsi antasida dan alginat, karena dapat menimbulkan efek samping seperti perut kembung, diare, dan muntah. Buah pisang juga dapat dikonsumsi sebagai alternatif jika Anda enggan menggunakan kedua obat ini.

Obat yang melindungi dinding lambung dan usus halus. Obat jenis cytoprotective ini adalah sukralfat dan misoprostol.

Selain pemberian obat-obatan, tindakan operasi juga terkadang diperlukan jika tukak lambung telah mengakibatkan adanya lubang pada dinding lambung atau jika terjadi perdarahan serius yang tidak bisa diatasi dengan tindakan lewat endoskopi.

Menangani penyebab tukak lambung dengan seksama akan menyembuhkan luka yang muncul sekaligus mencegah kekambuhannya. Untuk membantu proses penyembuhan serta menghindari gejala tukak lambung yang makin parah, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan. Langkah-langkah sederhana tersebut meliputi:

  1. Membatasi konsumsi minuman keras. Kandungan alkoholnya dapat menyebabkan iritasi pada bagian lambung yang mengalami peradangan.
  2. Berhenti merokok. Rokok dapat menghambat penyembuhan sekaligus meningkatkan risiko tukak lambung.
  3. Mengurangi konsumsi teh dan kopi karena keduanya dapat meningkatkan kadar asam lambung.
  4. Mengurangi konsumsi susu. Terkadang, mengonsumsi susu dapat membantu meredakan rasa nyeri akibat tukak lambung. Namun setelahnya, susu akan meningkatkan kadar keasaman lambung, sehingga lambung akan bertambah nyeri.
  5. Mengonsumsi bahan makanan yang mengandung probiotik, seperti yogurt, keju tua.
  6. Menghindari konsumsi makanan pedas atau berlemak.
  7. Menerapkan pola makan sehat dengan banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran dan biji-bijian.
  8. Mengganti obat pereda nyeri yang biasa digunakan jika memungkinkan, dan tanyakan pada dokter obat yang sesuai untuk Anda.
  9. Mengontrol stres dan beristirahat secara cukup.
  10. Bagi pasien tukak lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non-steroid, sebaiknya menghindari atau mewaspadai penggunaan obat ini di kemudian hari. Jika kondisi kesehatan Anda menuntut Anda untuk tetap menggunakannya, diskusikanlah metode penerapan terbaik dengan dokter agar terhindari dari risiko tukak lambung.

Komplikasi Tukak Lambung

Komplikasi akibat tukak lambung memang jarang dialami, tapi tetap dapat muncul terutama jika tidak ditangani secara tepat. Beberapa komplikasi tukak lambung yang berpotensi serius, meliputi:

Pendarahan dalam perut. Ini adalah komplikasi tukak lambung yang paling umum terjadi. Volume pendarahan bisa ringan atau parah hingga membutuhkan transfusi darah. Perdarahan ringan mengarah pada terjadinya anemia sehingga wajah menjadi pucat, kelelahan, dan jantung berdegup kencang.

Peritonitis. Meski jarang terjadi, tukak lambung berpotensi melubangi dinding lambung atau usus dan menyebabkan infeksi serius dalam rongga perut. Komplikasi ini membutuhkan penanganan darurat di rumah sakit karena dapat berakibat fatal jika dibiarkan.

Terhalangnya pergerakan makanan dalam sistem pencernaan. Tukak lambung terkadang bisa bengkak atau membentuk jaringan parut yang dapat menyumbat saluran pencernaan sehingga makanan tidak bisa lewat. Komplikasi akan memicu gejala cepat kenyang, muntah-muntah, dan penurunan berat badan. Prosedur operasi mungkin dibutuhkan untuk menangani jaringan parut yang terbentuk.

Kanker lambung. Meskipun keterkaitannya masih menjadi perdebatan, diperkirakan sekitar 2% kejadian tukak lambung dapat berkembang menjadi  kanker lambung. Bakteri H.pylori lah yang diduga menjadi patogen utama komplikasi ini. Infeksi akibat H.pylori dapat menyebabkan peradangan kronis yang mampu meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung secara signifikan.

Usia pasien serta penggunaan obat antiinflamasi non-steroid akan memengaruhi risiko seseorang untuk mengalami komplikasi tukak lambung. Lansia dengan jenis kelamin pria di atas 60 tahun merupakan penderita tukak lambung yang memiliki risiko komplikasi tertinggi.

Begitu juga dengan tukak lambung akibat konsumsi obat anti inflamasi non-steroid. Komplikasi pada jenis ini sering tidak menunjukkan gejala sehingga tidak disadari dan tidak bisa diobati sampai sudah lanjut dan menimbulkan komplikasi.

Pencegahan Tukak Lambung

Terdapat beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan agar terhindar dari risiko terkena tukak lambung. Di antaranya adalah:

  • Menjaga kebersihan diri dari penyebaran bakteri Helicobacter pylori yang umumnya hidup di lapisan mukus dalam jaringan pelindung lambung. Penyebaran ini dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui makanan dan minuman.
  • Berhati-hati dalam penggunaan obat anti inflamasi non-steroid.
  • Mengurangi atau berhenti merokok.
  • Menghindari minuman beralkohol.


sumber: https://www.alodokter.com/tukak-lambung

Postingan Populer

FOLLOW US ON FACEBOOK