Kamu Pilih Mana, Kloset Duduk atau Jongkok?
Dibanding toilet jongkok, toilet duduk cenderung lebih nyaman digunakan. Namun jika dilihat dari segi kesehatan, buang air besar di toilet jongkok justru lebih disarankan.
Toilet jongkok dan toilet duduk adalah dua jenis kloset yang umum digunakan. Faktanya, jenis kloset yang digunakan tidak hanya memengaruhi posisi buang air besar (BAB) penggunanya, tapi juga kesehatan serta kelancaran BAB kita, lho!
Mana yang Lebih Sehat, Toilet Jongkok atau Toilet Duduk?
Toilet duduk memiliki model dan desain yang lebih modern dan mewah. Toilet jenis ini juga dianggap lebih nyaman digunakan bagi beberapa kalangan, seperti lansia, wanita yang hamil besar, atau penderita cedera lutut.
Selain itu, penggunaan toilet duduk meningkatkan risiko seseorang terjangkit penyakit seperti diare, flu, hingga infeksi kulit. Ini karena toilet duduk mengharuskan bersentuhan langsung dengan permukaan dudukan kloset yang rentan menjadi sarang bakteri, seperti E.coli dan Shigella, atau virus hepatitis A dan norovirus penyebab diare.
Dianggap kurang nyaman digunakan. Jongkok saat BAB dapat menyebabkan keluhan nyeri pada tumit dan paha.
Tidak cocok digunakan oleh orang yang mengalami gangguan pada pergelangan kaki, misalnya penderita radang sendi, keseleo, patah tulang, hingga tendonitis. Namun dibalik kekurangannya, BAB menggunakan toilet jongkok memiliki banyak kelebihan dari segi kesehatan. Sejumlah penelitian dan kajian medis menyebut, posisi jongkok saat BAB lebih efektif melancarkan proses BAB. Ini berkaitan erat dengan kinerja otot dan postur tubuh yang mendukung proses BAB.
Posisi jongkok berfungsi mengoptimalkan ruang pembuangan tinja di anus sekaligus membuat otot di anus dan usus besar lebih rileks. BAB pun menjadi lebih mudah serta membantu memaksimalkan pengeluaran tinja.
Sebaliknya pada posisi duduk, otot saluran cerna akan menekan rektum serta menyempitkan saluran dubur. Hal ini menghambat kelancaran BAB dan keluarnya tinja secara maksimal.
Penelitian lain menyebut, BAB menggunakan toilet jongkok atau dengan posisi jongkok dapat membantu menjaga pergerakan usus, sehingga mencegah kembung, sembelit, dan wasir.
Berdasarkan kajian para ahli mengenai kekurangan dan kelebihan kedua jenis toilet tersebut, penggunaan toilet jongkok untuk BAB lebih disarankan daripada toilet duduk.
Bagaimana kalau di rumah sudah terpasang toilet duduk? Harus dibongkar dan dipasang ulang dengan toilet jongkok? Tidak perlu. Cukup beli bangku pendek alias dingklik untuk diletakkan di bawah kaki ketika BAB. Posisi yang mirip berjongkok ini akan membuat otot-otot usus rileks, dan jalur keluar feses lebih lapang.
Melihat kelebihan dan keuntungan masing-masing jenis toilet, Anda dapat memilih sesuai dengan kondisi Anda. Terlepas dari penggunaan kedua jenis toilet tersebut, jika Anda mengalami susah buang air besar atau tampak ada darah di feses, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
sumber: alodokter yang ditinjau oleh dr. Kevin Adrian
Toilet jongkok dan toilet duduk adalah dua jenis kloset yang umum digunakan. Faktanya, jenis kloset yang digunakan tidak hanya memengaruhi posisi buang air besar (BAB) penggunanya, tapi juga kesehatan serta kelancaran BAB kita, lho!
Mana yang Lebih Sehat, Toilet Jongkok atau Toilet Duduk?
Toilet duduk memiliki model dan desain yang lebih modern dan mewah. Toilet jenis ini juga dianggap lebih nyaman digunakan bagi beberapa kalangan, seperti lansia, wanita yang hamil besar, atau penderita cedera lutut.
Berdasarkan penelitian, buang air besar menggunakan toilet duduk membutuhkan waktu yang lebih lama dan tenaga yang lebih besar jika dibandingkan dengan toilet jongkok. Padahal, terlalu keras mengejan saat BAB dan atau duduk terlalu lama di toilet duduk dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit, seperti wasir dan sembelit.
Selain itu, penggunaan toilet duduk meningkatkan risiko seseorang terjangkit penyakit seperti diare, flu, hingga infeksi kulit. Ini karena toilet duduk mengharuskan bersentuhan langsung dengan permukaan dudukan kloset yang rentan menjadi sarang bakteri, seperti E.coli dan Shigella, atau virus hepatitis A dan norovirus penyebab diare.
Dianggap kurang nyaman digunakan. Jongkok saat BAB dapat menyebabkan keluhan nyeri pada tumit dan paha.
Tidak cocok digunakan oleh orang yang mengalami gangguan pada pergelangan kaki, misalnya penderita radang sendi, keseleo, patah tulang, hingga tendonitis. Namun dibalik kekurangannya, BAB menggunakan toilet jongkok memiliki banyak kelebihan dari segi kesehatan. Sejumlah penelitian dan kajian medis menyebut, posisi jongkok saat BAB lebih efektif melancarkan proses BAB. Ini berkaitan erat dengan kinerja otot dan postur tubuh yang mendukung proses BAB.
Posisi jongkok berfungsi mengoptimalkan ruang pembuangan tinja di anus sekaligus membuat otot di anus dan usus besar lebih rileks. BAB pun menjadi lebih mudah serta membantu memaksimalkan pengeluaran tinja.
Sebaliknya pada posisi duduk, otot saluran cerna akan menekan rektum serta menyempitkan saluran dubur. Hal ini menghambat kelancaran BAB dan keluarnya tinja secara maksimal.
Penelitian lain menyebut, BAB menggunakan toilet jongkok atau dengan posisi jongkok dapat membantu menjaga pergerakan usus, sehingga mencegah kembung, sembelit, dan wasir.
Berdasarkan kajian para ahli mengenai kekurangan dan kelebihan kedua jenis toilet tersebut, penggunaan toilet jongkok untuk BAB lebih disarankan daripada toilet duduk.
Bagaimana kalau di rumah sudah terpasang toilet duduk? Harus dibongkar dan dipasang ulang dengan toilet jongkok? Tidak perlu. Cukup beli bangku pendek alias dingklik untuk diletakkan di bawah kaki ketika BAB. Posisi yang mirip berjongkok ini akan membuat otot-otot usus rileks, dan jalur keluar feses lebih lapang.
Melihat kelebihan dan keuntungan masing-masing jenis toilet, Anda dapat memilih sesuai dengan kondisi Anda. Terlepas dari penggunaan kedua jenis toilet tersebut, jika Anda mengalami susah buang air besar atau tampak ada darah di feses, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
sumber: alodokter yang ditinjau oleh dr. Kevin Adrian